MINAT BACA PADA ANAK

SEBUAH CATATAN AWAL pada
SEMINAR & WORKSHOP “ KOLABORASI GURU & PUSTAKAWAN”
Pertemuan Informal Pustakawan Sekolah ke 6
Asosiasi Pekerja informasi Sekolah Indonesia (APISI)

Sabtu, 08 September 2007
Di Sekolah Islam Al Ikhlas – YMAICipete – Jakarta
________________________________________________________________

Assalamualaikum wr wb,

Ada kecenderungan dewasa ini yang lebih percaya bahwa anak akan belajar lebih baik dan bermakna jika :
- lingkungan diciptakan alamiah.
- anak mengalami apa yang dipelajarinya dan bukan sekedar mengetahuinya.

Kemudian juga, ada pertimbangan lain bahwa “pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi” membuktikan bahwa :

- sebuah keberhasilan hanya dapat dicapai dalam kompetisi ‘menggingat jangka pendek’
- tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. .

‘Pemikiran tentang belajar’ dapat disimpulkan sebagai :
- apa yang sebenarnya dimaksud dengan proses belajar itu sendiri.
- bagaimana ‘transfer belajar’itu dilakukan
- sejauh mana orang tua, guru dan pendidik pada umumnya dapat membuat sebuah informasi menjadi bermakna;
- dan yang terakhir adalah bagaimana lingkungan belajar dapat berperan dalam menumbuhkan minat dan pemahaman.

Seminar dan workshop “Kolaborasi guru dan pustakawan” yang diselenggarakan pada hari ini adalah sebuah terobosan yang luar biasa dalam upaya menyatukan pemahaman atas pemikiran konsep ‘belajar’ dan ‘proses belajar’ yang disebutkan sebelumnya.

Sebagai sesorang yang diamanahkan untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan, ada kajian yang perlu kita jawab bersama dalam forum ini :
- Siapa sebetulnya yang bertanggung jawab atas tumbuhnya minat baca pada peserta didik?
- Sejauh mana para ‘stake holder’ memahami pentingnya minat baca?
- Dan yang lebih kritikal lagi, seberapa jauh sebenarnya semua pihak memahami makna sebuah buku dan fungsi sebuah perpustakaan ?
- Sudahkan setiap lembaga pendidikan memiliki kajian atas hal ini?

Dari semua pertanyaan diatas, ada satu hal yang dirasa juga penting, yaitu seberapa jauh sebenarnya peran guru dan pustakawan dalam memilih suatu metoda untuk meningkatkan gemar membaca dan popularitas perpustakaan sekolah.

Dalam konsep pengembangan metoda pembelajaran efektif dengan pendekatan konstektual, sebetulnya peran utama dalam MINAT BACA ini terletak pada kemampuan guru dan pustakawan dalam menciptakan kiat-kiat jitu, antara lain :
- bagaimana guru mengkaitkan sebuah tema atau materi yang dimunculkan dengan situasi dunia nyata siswa
- bagaimana guru menciptakan sebuah suasana yang mendorong keingin tauan
- bagaimana guru mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari .

Sahabat saya yang juga gemar menulis, tanpa ia sadari telah membentuk minat baca banyak orang dengan menceritakan perjalanannya di Kairo dalam sebuah situs internet yang di istilahkan sebagai ‘napak tilas buku ayat-ayat cinta’. Tulisannya sendiri diberi judul “FROM CAIRO WITH LOVE” dan “MENELUSURI AYAT-AYAT CINTA”.

Tulisannya sangat sederhana. Namun bagaimana ia menggambarkan pengalaman sebuah perjalanan bersama penulis buku tersebut dan bagaimana sahabat saya ini menceritakan kunjungannya ke tempat-tempat bersejarah yang juga ada di dalam buku tersebut membuat orang larut dalam suasananya. Dan tentunya hal ini juga menarik mereka yang belum pernah membaca buku tersebut untuk segera ikut membaca dan menarik sebuah kesimpulan.

Inilah suatu proses alamiah yang dapat memenuhi kriteria menumbuhkan minat baca.
Artinya, tidak mungkin minat baca ini akan terbentuk apabila tidak di awali oleh sebuah ‘pengalaman’.

Perkenankan saya menghimbau para peserta workshop di pagi hari ini untuk menyadari pentingnya sebuah kecintaan. Segala sesuatu yang kita perbuat tidak akan dapat menghasilkan sebuah ‘out come’ yang baik, apabila kita tidak menyertakan hati kita.

Guru dan pustakawan memiliki peran besar atas terbentuknya sebuah minat baca, minat menggali ilmu dan minat untuk menggunakan sebuah fasilitas pendukung dalam hal ini perpustakaan sekolah.

Pola instruktif seperti tugas membaca dan tugas membuat kesimpulan atas buku bacaan adalah sebuah proses yang sangat konservatif. 

Siswa membutuhkan sebuah daya tarik yang lebih dari itu untuk dapat melakukan sesuatu dan mencintainya. Tanpa mengawalinya dengan memberikan sebuah ‘pengalaman baca’ dan memberikan tantangan pada siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan yang baru saja mereka baca, mustahil sebuah bacaan akan memberikan makna dalam kehidupannya.

Selamat melaksanakan seminar dan workshop, semoga apa yang saya paparkan pada awal pertemuan ini dapat menjadi bagian dari target yang dapat disimpulkan pada penutupan nanti.

Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamualaikum wr wb.

NUNNY HERSIANNA BUDIALENGGANA

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment!