MASUK SEKOLAH 06.30 UNTUK CERDASKAN BANGSA ?



"Hujan, banjir n tetep macet Kasihan anak2 yaa...udah gitu nyampe sekolah masih telambat n ga boleh masuk kelas, bisa gagal nih program mencerdaskan bangsa......!!??" ( toto sugeng suharto)

itu komentar salah satu teman SMA di wall Facebook saya.

Komentar itu merupakan respon tulisan distatus yang mengatakan Nunny is sedih lihat anak2 ..masih gelap, hujan....jam 6 kok sdh disekolah..

Memang betul, bersiap dan berangkat lebih pagi terasa lebih segar, apalagi bagi umat islam yang menunaikan ibadah sholat subuh. Tentunya tidak ada kesulitan untuk berpagi-pagi. Tapi Jakarta masalahnya lain lagi. Kalau jam masuk sekolah 6.30 berarti sepantasnya sudah ada di sekolah minimal 15 menit sebelumnya.

Gurunya sendiri sepantasnya sudah berada 30menit sebelum bel berbunyi.

Dari sisi guru, sekali lagi siap dipagi hari adalah sesuatu yang mulia. Tapi seorang guru juga punya keluarga. Bahkan banyak diantara mereka yang masih memiliki anak diusia balita.

Bisa dibayangkan anak-anak Indonesia yang sudah ditinggalkan orang tuanya bahkan mungkin sebelum mereka bangun.Balita adalah usia yang sangat berharga. Saya ingat saat anak-anak di usia itu. Saya sendiri bekerja, walau tidak pernah punya Boss - alias selalu wira usaha. Namun tidak tega rasanya membiarkan perkembangan anak-anak diserahkan pada orang lain begitu saja.Belum lagi di pihak siswa yang kehidupan pagi harinya sudah seperti robot.Tapi itu masih lumayan, yang saya tidak habis pikir, kok tega-teganya para orang tua masih tidur dan membiarkan anak-anaknya mempersiapkan diri di pagi hari dengan pembantu dan pergi begitu saja diantar oleh supir.Luar biasa! Saat saya kadang menemani guru-guru menyambut murid di tempat saya, kenyataan ini saya dapatkan karena itulah percakapan yang terjadi apabila siswa ditanyakan oleh guru mengapa tidak datang lebih pagi.

Sekarang ini saat anak-anak sudah masuk di usia dewasa, terasa bahwa saya makin mensyukuri telah memiliki waktu yangcukup untuk memberikan beberapa contoh pada mereka. Contoh. Bukan sekedar nasehat.

Apa yang saya lihat dari bagaimana ibu membesarkan saya dengan statusnya yang pegawai negeri, ternyata cukup membekas. Walau Ibu bekerja, tapi tidak lama kami tiba darisekolah,ibu sudah dirumah.Kami ber empat setiap hari disibukkan dengan kegiatan ekstra kurikuler (yang ternyata benar-benar menjadi modal dalam kehidupan bermasyarakat). Namun demikian, saat itu ibu sendiri yang mengantar dan menjemput kami. Bahkan saya ingat saat saya dan teman-teman rekaman suara untuk penampilan vocal group lagu muslim untuk TVRI, ibu tertidur di mobil, padahal kami biasanya baru selesai sampai jam 2-3 pagi.Ibu selalu mencontohkan hal-hal kecil yang sederhana namun sangat membekas. Sikap sabar dan halusnya di pagi hari, kebiasaannya sholat tanpa 'berisik' mengejar anak-anaknya untuk sholat,..sampai bagaimana cara makannya sehari-hari (yang ternyata itu adalah sebuah pola makan "eat conciously' yang ada dalam teori Langsing dengan Hypnotherapy) benar-benar menjadi panutan.

Bayangkan sekarang apabila 5 dari 7 hari anak-anak bangsa ditinggal begitu saja oleh para orang tuanya, dan baru akan bertemu lagi hanya 1-2jam sebelum jam tidur mereka.

Ya kalau belum tidur!Kadang ada teori yang mengatakan : "yang penting kualitas bukan kuantitas!" Hmmmmm...kalau kualitas + kuantitasnya baik, mengapa tidak kan??Perempuan memang harus cerdas, cekatan, berwawasan dan 'bergaul'. Lho kok bergaul? Itu jelas, karena pembelajaran kehidupan ada di masyarakat.
Dengan belajar dari masyarakat, perempuan akan mudah memposisikan diri secara positif untuk keluarga.Tidak jago kandang dan hanya bisa menuntut. Dari pembicaraan dengan beberapa teman dan beberapa diskusi mengarah konsultasi dengan teman-teman yang lebih muda, banyak yang bisa disimpulkan bahwa permasalahan mereka dengan anak-anak sebetulnya hanyalah karena kurang informasi mengenai psykologi anak. Walaupun pengetahuan itu ada pakemnya, sebetulnya sangat mudah didapatkan dari mempelajari kehidupan bermasyarakat.Pemerintah juga menggalakkan lapangan kerja untuk perempuan. Tapi mereka lupa bahwa lapangan kerja akan mengurangi interaksi pendidikan anak yang sebenarnya. Yaitu pendidikan di dalam rumah tangga. Sepertinya sederhana, tapi saya memperhatikan banyak sekali orang tua tidak terlalu peduli bahwa sikap keseharian anak adalah dasar dari segalanya. (Bahasa gaulnya :"manners").

Kembali ke topik sekolah jam 6.30 yang banyak pro kontranya, saya hanya berdoa, semoga nilai-nilai kehidupan dalam keluarga tetap dapat terjaga.

NUNNY HERSIANNA BUDIALENGGANA

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

1 comment:

  1. Asww bu , i had follow yr blog..niceblog..terimakasih.. manfaat banyak u/ yang membacanya...

    ReplyDelete

Thanks for your comment!