RUMAH RAPI, tanpa 'helper'


Suasana lebaran tanpa pembantu rumah tangga, sudah kujalani 20 tahun terakhir ini bersama anak-anak.

Tiap tahun, kebiasaan ini tidak pernah dijadikan beban bagi kami semua. Justru dengan situasi seperti ini, terasa sekali kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga.
Sekarang memang ringan, karena anak2 sudah tumbuh dewasa. Namun bukan berarti saat mereka kecil dulu ini menjadi hal yang berat buatku.

Seperti biasa, aku tidak pernah mematok pembantu rumah tangga kapan boleh pulang kampung dan kapan harus kembali. Kalaupun ada, pembicaraan seputar itu hanya sekedar tawar menawar yang bersifat kelakar.

Lagi-lagi tanpa beban.
Saat mereka tidak ada, biasanya keadaan ini kami gunakan justru untuk membongkar rumah, membuang barang yang tidak perlu, membersihkan seluruh gudang dan dapur,
termasuk mengosek lantai dan perkakas yang biasanya justru kurang terpelihara karena kebiasaan mereka.

Saat ini pulalah biasanya didaftar perkakas rumah tangga mana yang sudah tidak layak dan harus diganti dengan yang lebih baik.

Alhamdulillah, pekerjaan rumah tangga dapat difahami oleh anak-anak, karena sejak kecil mereka sudah dibiasakan.
Tanpa adanya 'helper', at least mereka bisa merasakan apa yang dialami oleh kebanyakan orang indonesia yang hidup tanpa pembantu.
Biasanya kami berkelakar, beginilah rasanya kalau mereka nantinya akan memutuskan hidup di luar negeri.

Mereka kan harus bisa menolong dirinya sendiri.
Walau porsi pekerjaan masih lebih banyak jatuh kepada saya dan suami daripada anak-anak, Insya Allah kami tetap menjalankannya dengan gembira.
Yang penting Ikhlas, agar terasa ringan.

Urusan makanpun, hanya sesekali kami beli dari luar. Selebihnya kami tetap membiasakan menu rumah walau hanya sekedar telur dadar, goreng tempe dan tumisan ringan.
Biasanya bumbu telah disiapkan dalam bentuk kemasan kecil di lemari es. Begitu juga, daging, ayam dan semacamnya sudah dipisahkan dalam kemasan sekali masak dan langsung habis.
Aku ingat bagaimana saat sashi si sulung dilibatkan dalam kegiatan mempersiapkan makan untuk adik2nya andra, niss dan chintana yang hanya berbeda satu tahun,
Ha ha, rindu sekali rasanya mengingat itu.
Botol susu yang harus disiapkan dan dicuci masih untuk 3 anak, nasi lunak dan sayur mayur ala balita masih harus untuk 3 anak.
No problem. Bahagia sekali rasanya saat melakukan itu.

Sampai sekarang rutinitas yang dilakukan anak-anak adalah, mengirimkan pakaian kotor mereka untuk kucuci, merapihkan kamar masing-masing,
mengambil baju bersih yang telah kusetrika, dan.....yang paling lucu :
sampai sekarangpun tetap kubiasakan menulis sebuah pengumuman di lemari piringku dengan tulisan : 

"JANGAN AMBIL PIRING/GELAS DARI LEMARI YAA!
KALAU SUDAH TIDAK ADA, APABILA KOSONG, AMBIL & CUCI YANG DITEMPAT CUCIAN ".

Hehe...memang piring dan gelas dirumah diberi jatah satu orang satu ditambah beberapa cangkir dan mangkok untuk keperluan tertentu.
Habis, bayangkan saja kalau tidak seperti itu. Apabila masing-masing anggota keluarga gunakan 3 piring dan 3 gelas dan menunggu untuk dicuci sekaligus...
wahhh betapa penuh sink tempat cuci piringku! haha....
Alhamdulillah kalau masalah sapu dan pel ruang tamu, saat ini masih ada yang membantu sekali sekali.

Namun tetap saja, kamar masing-masing menjadi kewajiban sendiri.
Betul-betul terlihat deh, siapa yang rajin dan siapa yang malas.
Lumayan.....sekaligus belajar bersaing positif.

TIPS untuk ibu-ibu yang biasa sibuk diluar seperti saya,
satu saja kok.... : IKHLAS !
Ask your spouse to cooperate,,,
or.....
Just do what ever you do with your spirit of amanah.
Bring your "setrikaan" in front of your TV..
do it while everybody already go to bed...
or turn on your best music! Ha Ha ha!!!

Insya Allah semua akan well-prepared... Happy ever after!
Dont you agree?

NUNNY HERSIANNA BUDIALENGGANA

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

2 comments:

  1. hehehe...it's so true! Been doing that for the past 6 years mbak, malah 6 tahun ini kita udah gak pakai pembantu yang nginap di rumah, hanya datang pagi sampai siang. Kalau boleh nambahin dari sharing mb Nunik:
    1. Bener banget, bahwa tugas2 itu jangan jadi beban! Dibawa ringan aja, sukur2 udah jadi kebiasaan kayak misalnya liat piring tergeletak sambil lewat ditenteng ke dapur. tapi mulutnya gak perlu ikutan, karena ujung2nya akan jadi kekesalan atau beban, belum lagi kalo ada yang nyahut dan jawabannya gak sesuai sama mau kita, pasti tambah dongkol.

    2. Adjust your standard.
    Gak semua orang bisa memahami standard yang kita tetapkan. Sebaiknya standar itu dibuat dengan konsensus, jadi dipahami dan disetujui oleh seisi rumah. Standar bersihnya kamar kita sama anak lelaki umur 15 thn bisa jadi beda, dan sering banget perbedaan itu yang jadi pemicu argumentasi.

    3. Not necessarily according to norms!
    Maksudnya gak perlu normatif...Kayak yang mbak Nunik contohkan, saya juga melakukan hal yang sama sehari2nya bahkan. Di rumah, yang terlihat cuma 4 piring makan, 4 mangkok, beberapa mug, beberapa gelas, 1/2 lusin sendok dan garpu, 1 mangkok sayur, 3 piring lauk. Lainnya semuanya di lemari dan hanya keluar kalau ada special occasion. Jadi, gak ada alasan untuk gak cuci piring setelah atau kalau gak mau makan. Awalnya anak-anak suka bertahan gak jadi makan karena kebetulan gak ada piring bersih. Tapi seberapa lama sih mereka tahan? Dan karena melihat saya dan suami keep doing this, lama lama mereka juga ikutan.

    4. Masih dengan "tidak perlu normatif"
    Kecuali mencuci yang harus di pagi hari karena berhubungan dengan harus menjemur baju selagi ada matahari, chores yang lain bisa dikerjakan tanpa keharusan kapan dan bagaimananya. Mbak Nunik tadi kasih contoh, bawa aja setrikaan ke depan TV. Yup! Why not!! Kadang kita nyiram tanaman aja malem2, kalau sore hari gak kepegang atau harus pergi. Malem2 ngepel? Gak heran lagi, karena semua orang beraktifitas di siang hari dan baru pada sampai rumah di sore bahkan menjelang malam.

    Mudah-mudahan "tips tips cuek" ini bisa sedikit meringankan beban ya. Apalagi yang anak-anaknya sudah agak besar-besar, saya yakin sekali kegiatan2 rumah tangga sudah selayaknya jadi "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Thanks for your comment!