KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA


Pagi ini saya merinding membaca email teman saya yang mencuplik tulisan taufiq ismail tentang CHRISYE dari sebuah majalah. Cuplikan itu menceritakan mengenai bagaimana Taufiq pertama kali terinspirasi untuk menuliskan lagu KETIKA TANGAN & KAKI BERKATA.
Saya langsung termenung mengingat betapa kekuatan sebuah syair lagu dapat membuat orang terinspirasi bahkan melakukan sesuatu dibawah ambang sadarnya seperti yang terjadi pada diri saya.
Walau saya hanya mampu mempelajari terjemahan Al Qur’an melalui bantuan penjelasan-penjelasan para ustadz dan ustadzah di majelis ta’lim yang saya ikuti, namun untuk surat Al Fatehah, kesannya sangat berbeda. Sebagai orang awam, Insya Allah sampai saat ini, saya dapat men’translate’ arti dari surat Al Fatehah secara otomatis di kepala saya hanya disebabkan oleh sesuatu yang sangat sederhana dan tanpa saya sadari sebelumnya.
Dulu, sejak usia SMP saya tergabung dalam sebuah organisasi remaja mesjid di bilangan Cipete. Salah satu kegiatannya adalah memiliki sebuah vocal group lagu-lagu muslim. Alhamdulillah, karena group seperti ini masih langka di zamannya, kelompok ini sering diminta untuk mengisi acara di TVRI bersama group Riska dari Sunda Kelapa dan group PATRIA dari Bandung.
Dalam kegiatan ini, senior kami mas IBNU KARTIKO sering menulis lagu sendiri. (sekarang menjadi suami sahabatku sejak TK : MAYA). Salah satunya adalah lagu terjemahan surat Al Fatehah, dan terjemahan surat At Taubah ayat 18 yang kemudian diberi judul MEREKA YANG MENANG. Sampai sekarangpun saya masih hafal mendendangkannya. J
Yang lebih lagi adalah, betapa saya merasakan kenyamanan yang luar biasa dapat memahami apa yang kita baca, lantunkan dan lakukan. Atas dasar itulah sayapun tergaerak untuk menulis beberapa lagu untuk konsumsi anak-anak mengenai Salam, doa orang tua, surat Al Ikhlas, Raqib & Atid..dll. Tentunya untuk kalangan sendiri, karena lagu-lagu tersebut telah ditampilakn untuk beberapa Operet di sebuah TK antara tahun 1993 -1998.
Semoga putra putri yang pernah mendendangkannyapun dapat mendapat manfaat darinya.
(bersama ini saya lampirkan juga email dari teman saya ):
Dear Sosekerz,
Dari milis tetangga, maaf kalau crossposting.
Mungkin mbak Nunny interest. Saya punya MP3nya tapi
dinyanyikan GIGI. siapa yg punya MP3 nya chrisye,
bisa sharing?

Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah
Rahadi

(1949-2007) di majalah sastra HORISON.

Krismansyah Rahadi(1949 - 2007):

KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA

Taufiq Ismail

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia
berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan
kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan
liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa.
Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik
kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu
itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan,
dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi
dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul.
Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu
ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu
keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi
kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan
telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf
ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya
kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65
yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. "Alyauma
nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu
arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti. Maknanya, "Pada hari
ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata
kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah
mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan
Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna
itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna
yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah.
Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.
Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris,
alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu
padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak
biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua
baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye ?
Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat
sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan
misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benarbenar
mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat,
lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali
menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya
coba lagi. Menangis lagi.Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons
saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada
lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan,
betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam
saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan
kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin
ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat
menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering
kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan
Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di
studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk
dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum
pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang
sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung
mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa
ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu
mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus
untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa
menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak
mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya
lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara
saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan
menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya
ingin berlari!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu
yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya
benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya
yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya.
Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan
luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya
tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna
Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi
dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau
pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan
pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan
sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu
tersebut.

* * *

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam
peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan
honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan
menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan
bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan
Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja.
Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat
65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak
saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian
saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan
jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar
administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah,
mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan ?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya
berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan
berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya
pun senang.

* * *

Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi
legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun
lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura.
Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia
meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan
Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.
Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini,
tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta
menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar
baginya. Amin. #

Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik: Taufiq Ismail

Lagu: Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci

Kata tak ada lagi

Akan tiba masa tak ada suara

Dari mulut kita

Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita bila harinya

Tanggung jawab tiba

Rabbana

Tangan kami

Kaki kami

Mulut kami

Mata hati kami

Luruskanlah

Kukuhkanlah

Di jalan cahaya.... sempurna

Mohon karunia

Kepada kami

HambaMu yang hina

1997

NUNNY HERSIANNA BUDIALENGGANA

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment!